dok. AFP/TOMAS CUESTA

SENTRA JATENG – Gelombang pengakuan terhadap kedaulatan Negara Palestina oleh negara-negara Barat terus menguat dalam beberapa pekan terakhir. Setelah Irlandia, Spanyol, dan Norwegia memulai tren ini pada Mei 2024, kini sejumlah negara Eropa lainnya seperti Belgia dan Slovenia turut menyusul. Langkah historis ini memicu berbagai reaksi dan analisis mengenai dampaknya terhadap peta politik global dan konflik yang telah berdekade lamanya.

Perubahan sikap negara-negara Barat ini dinilai sebagai tekanan diplomatik terbesar terhadap Israel dalam beberapa tahun terakhir. Pengakuan tersebut tidak hanya bersifat simbolis, tetapi membawa konsekuensi hukum dan politik yang nyata dalam percaturan internasional.

Dampak Langsung bagi Otoritas Palestina

Pengakuan dari negara-negara Barat memberikan legitimasi yang sangat kuat bagi perjuangan Palestina di panggung dunia. Secara praktis, hal ini membuka akses yang lebih luas bagi Palestina untuk bergabung dengan organisasi internasional dan mengajukan keanggotaan penuh di PBB.

Seorang diplomat PBB yang enggan disebutkan namanya menyatakan, “Setiap pengakuan baru adalah sebuah pukulan telak bagi narasi bahwa Palestina tidak diterima oleh komunitas internasional. Ini memperkuat posisi tawar mereka dalam setiap negosiasi damai di masa depan.” Selain itu, pengakuan ini juga berpotensi meningkatkan bantuan keuangan dan dukungan pembangunan untuk wilayah Palestina.

Tekanan Diplomatik untuk Israel

Bagi Israel, gelombang pengakuan ini merupakan tantangan diplomatik yang serius. Langkah tersebut mengisolasi Israel secara politik dan memperkuat posisi Palestina dalam forum-forum internasional. Israel telah bereaksi dengan keras, bahkan memanggil pulang duta besarnya dari beberapa negara yang mengakui kedaulatan Palestina sebagai bentuk protes.

Namun, tekanan terbesar justru datang dari dalam negeri Israel sendiri. Kebijakan pemerintah yang dianggap semakin keras dan tidak kompromis dinilai sebagai pemicu utama perubahan sikap negara-negara Barat tersebut. Sejumlah analis menyebut ini sebagai “boomerang effect” dari kebijakan luar negeri Israel.

Respons Amerika Serikat dan Masa Depan Perdamaian

Amerika Serikat, sekutu utama Israel, masih mempertahankan posisinya yang belum mengakui kedaulatan Palestina secara penuh. Namun, tekanan dari sekutu-sekutu Baratnya diperkirakan akan mempengaruhi kebijakan luar negeri AS dalam jangka panjang.

Proses perdamaian yang mandek selama bertahun-tahun kini mendapatkan angin segar. Dengan semakin banyaknya negara yang mendukung solusi dua negara, diharapkan dapat memaksa kedua pihak untuk kembali ke meja perundingan. Meski jalan menuju perdamaian masih panjang, pengakuan ini diyakini telah mengubah landscape konflik secara signifikan dan membawa harapan baru untuk resolusi damai yang berkelanjutan.

Red (ar/ar)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Simak Berita Lengkap Viral Terpopuler !!!

X