dok. Lidia Pratama Febrian/KOMPAS

SENTRA JATENG – Hasil penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap sumber utama polusi mikroplastik yang mencemari udara Ibu Kota. Dua kontributor terbesarnya berasal dari sampah plastik yang tidak terkelola dan serat sintetis dari pakaian.

Peneliti Pusat Riset Kimia BRIN, Muhammad Khotib, memaparkan bahwa timnya telah melakukan pemantauan kualitas udara dan menemukan konsentrasi partikel mikroplastik yang signifikan. “Berdasarkan hasil riset kami, sumber utama mikroplastik di udara Jakarta berasal dari dua hal. Pertama, dari degradasi sampah plastik makro yang tidak terkelola dengan baik. Kedua, dari serat sintetis atau serat tekstil,” jelas Khotib di Jakarta, Kamis (24/10/2025).

Sampah Plastik yang Terdegradasi Jadi Partikel Halus

Khotib memaparkan, sampah plastik sekali pakai seperti kantong kresek, kemasan makanan, dan botol minuman yang tercecer di lingkungan terbuka akan terurai secara fisik akibat paparan sinar matahari, hujan, dan angin. Proses degradasi ini tidak menghilangkan plastik, melainkan memecahnya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, hingga berukuran mikro dan nano.

“Partikel-partikel yang sangat kecil dan ringan ini kemudian dengan mudah terangkat oleh angin dan menjadi bagian dari polusi udara yang kita hirup setiap hari,” tuturnya.

Serat Sintetis dari Pakaian dan Aktivitas Laundry

Sumber kedua yang tak kalah signifikan adalah lepasan serat sintetis dari pakaian berbahan poliester, nilon, dan akrilik. Serat-serat halus ini terlepas selama aktivitas penggunaan pakaian, terutama selama proses pencucian di mesin cuci.

“Setiap kali kita mencuci pakaian berbahan sintetis, ratusan ribu hingga jutaan serat mikroplastik terlepas dan terbawa air limbah. Sebagian dari serat ini dapat lolos dari pengolahan air limbah dan menguap ke udara, atau langsung mencemari udara dari proses pengeringan,” papar Khotib lebih lanjut.

Dampak Kesehatan dan Perlunya Regulasi

Temuan ini mempertegas ancaman kesehatan yang dihadapi warga Jakarta. Partikel mikroplastik yang terhirup dapat masuk ke dalam paru-paru dan berpotensi menyebabkan masalah pernapasan serta efek toksik lainnya dalam jangka panjang.

Peneliti BRIN ini mendorong agar temuan ini dijadikan dasar untuk memperkuat regulasi pengelolaan sampah plastik dan mendorong produksi tekstil yang lebih ramah lingkungan. “Kami mendorong kebijakan yang lebih tegas untuk mengurangi sampah plastik sekali pakai dan inovasi dalam filter untuk mesin cuci guna menangkap serat mikroplastik,” pungkas Khotib. Riset ini membuka mata semua pihak bahwa polusi plastik telah berevolusi menjadi ancaman udara yang tak terlihat.

Red (ar/ar)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Simak Berita Lengkap Viral Terpopuler !!!

X