dok. KEMENTERIAN PERTAHANAN RUSIA via AFP

SENTRA JATENG – Gelombang serangan drone kembali memicu ketegangan antara Rusia dan Ukraina, dengan kedua pihak saling melemparkan tuduhan sebagai dalang di balik serangan di Semenanjung Krimea yang dianeksasi Rusia dan wilayah Zaporizhzhia, Senin (22/9/2025). Masing-masing mengklaim telah menjadi korban dari agresi pihak lawan, memperdalam kebuntuan dalam konflik yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun.

Insiden terbaru ini semakin mengukuhkan bahwa perang drone telah menjadi bagian taktis utama dalam konflik antara kedua negara, dengan kedua belah pihak meningkatkan kemampuan offensif dan defensif teknologi drone mereka.

Klaim Rusia: Tangkis Serangan Ukraina di Krimea

Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan bahwa sistem pertahanan udaranya berhasil mencegat dan menghancurkan puluhan drone Ukraina yang menargetkan infrastruktur kritis di Krimea. Otoritas pro-Rusia di Krimea menyatakan serangan tersebut menyebabkan sedikitnya satu orang luka-luka dan merusak beberapa fasilitas sipil.

“Upaya provokatif oleh rezim Kyiv dengan menggunakan drone telah digagalkan. Tidak ada kerusakan signifikan yang terjadi,” demikian bunyi pernyataan resmi Kementerian Pertahanan Rusia, seperti dilaporkan oleh kantor berita TASS. Rusia secara konsisten menyebut pemerintah Ukraina sebagai “rezim Kyiv” dalam setiap komunikasi resminya.

Klaim Ukraina: Balas Serangan di Zaporizhzhia

Di sisi lain, Otoritas Ukraina justru menyatakan bahwa Rusia lah yang melancarkan serangan drone skala besar ke permukiman sipil di wilayah Zaporizhzhia. Serangan dilaporkan menargetkan infrastruktur energi dan kawasan perumahan, mengakibatkan pemadaman listrik dan sejumlah korban luka-luka.

“Agresor Rusia menyerang wilayah kami dengan drone. Kami mencatat kerusakan pada infrastruktur energi dan fasilitas sipil. Ada korban luka-luka,” ujar seorang pejabat militer Ukraina yang tidak disebutkan namanya kepada media lokal. Ukraina menegaskan bahwa serangan ini merupakan pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional.

Eskalasi dan Analisis Mediasi Internasional

Saling tuduh dan serangan balasan ini semakin mempersulit upaya mediasi internasional yang telah beberapa kali dilakukan. Pengamat militer menilai bahwa penggunaan drone oleh kedua belah pihak menunjukkan adaptasi perang modern dengan biaya yang lebih rendah namun dampak psikologis yang signifikan terhadap populasi sipil.

Kedua insiden ini, meski belum dikonfirmasi secara independen, mengindikasikan bahwa gencatan senjata masih jauh dari kenyataan. Masyarakat internasional terus mendesak diadakannya gencatan senjata dan perundingan damai, namun hingga saat ini belum ada titik terang yang jelas untuk mengakhiri konflik berkepanjangan ini.

Red (ar/ar)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Simak Berita Lengkap Viral Terpopuler !!!

X